Selasa, 07 Maret 2017

14 SEPTEMBER 2016

sebuah kisah yang berawal dari manisnya pertemuan kala itu, aku tau semua akan terasa berat di awal, aku sudah merasakannya ketika kita pertama kali bertemu pada bulan awal agustus 2016.

memang, kita sudah berkomunikasi sejak may 2016. pada saat itu aku hanya tau kamu masih sendiri begitulah pengakuanmu.

hari demi hari kita mulai terbiasa bersama tanpa ada ikatan komitmen pada saat itu, setiap kita bertemu aku selalu berikanmu senyuman dan lelucon yang dapat membuatmu sedikit tersenyum dan terlepas dari permasalahan dunia yang kau miliki.

bahkan ketika kamu ingin dijemput bukan di tempat biasa, aku tanpa ada rasa curiga menurutinya. tapi, aku mulai berfikir kenapa harus janjian bukan ditempat biasa, padahal lebih enak dari tmpt kerja nya bukan?

akhirnya kau berinisiatif untuk sesekali mengikutimu, maaf bukannya ingin menjadi detektif dadakan. tapi, penasaran saya lebih tinggi dari rasa lelah saya, hehe

singkat cerita, kamu mulai meninggalkan kebiasaan lama mu dan mulai memilih aku.

entah apa yang harus aku lakukan setelah apa yang aku lihat didepan mataku.

mulai meyakinkan diri sendiri dan mulai mengenal dia lebih dalam.

yang pada akhirnya kami saling ga bisa untuk melakukan hal sendiri sendiri, ada rasa yang kurang pada saat kami tidak bersama, begitupun dia walaupun aku tau dia masih ragu ragu dan ingin memilih yang lebih dari aku.

mungkin faktor keluarga nya yang berkecukupan sedangkan aku? makan saja setiap hari sudah syukur alhamdulillah.

tapi ia berkata, dia tidak melihatku dari apa yang dimiliki, tapi melihatku dari agama, ya jujur saja begini begini saya pernah jadi pimpinan sebuah pengajian di sekolah. pernah juga juara MTQ dan lomba loma keagamaan lainnya.

hari demi hari selalu kami lewati berdua, hampir setiap hari kami janjian di tempat kerja nya dibilangan Mangga Dua Jakarta.

aku adalah orang yang pencemburu, aku bersamanya mencoba memperbaiki sikap yang selama ini mungkin menjadi kekurangan ku, aku ingin menjadi sesuatu bersamanya. andai dia mengerti betapa pengorbanan ini begitu gigih.

akhirnya kami menjalin komitmen untuk mencoba menjalani segalanya bersama, banyak pro kontra terutama dari teman temannya dan keluarganya. aku tak tau bagaimana kalau keluarganya tau aku hanya seorang pegawai yang hidup di lingkungan biasa dan apa adanya.

yang aku tau hanya dia menerimaku apa adanya, itu saja sudah menjadi modal berharga untuk menjalin hubungan ini. aku tau diawal hubungan ini tidak ada yang spesial bagi nya, tapi aku yang baru bisa membuka hati sejak sekian lama tertutup karena aku tidak ingin mengalami hal yang sama merasa bahagia, aku tidak percaya akhirnya ia menerima ku.

aku mencoba memberi perhatian lebih, aku belum tau karakternya pada saat itu, aku hanya ingin menjadi kan dia adalah sandaran jiwa seutuhnya, aku pun tak tau apa yang ia lakukan dibelakang ku saat aku tak bisa jemput, aku hanya berdoa pada Allah agar dia dilindungi dari marabahaya yang selalu bisa menyerang siapa saja.

setelah dua hari kami komitmen menjalani bersama, tiba-tiba ia meminta aku memutuskannya, entah apa yang terjadi pada saat itu, aku hanya ingin meyakinkannya kalau aku serius dengannya. aku tersadar, ia belum menyelesaikan masa lalunya.

aku terdiam, kecewa, merasa tertipu dan merasa mendzolimi orang lain. jujur, aku tidak pernah mau merebut pasangan orang lain, aku hanya ingin bahagia. apa aku salah? aku rasa tidak, hak aku untuk mempertahankan apa yang telah aku miliki. bukan kah salah satu jihad adalah memepertahankan sesuatu yanga dimiiliki?

aku tak tau kalla itu keputusan ku tepat atau tidak, tp aku merasa bersamanya seperti mengenal dia sudah bertahun tahun

jujur, aku tidak mengenal ia sebelumnya, bahkan aku tidak pernah melihat ketika dikampus. mungkin karena dia adalah anak pagi dan aku adalah anak malam yang harus fokus mencari uang untuk bayar kuliah.

tapi ketika bertemu dengannya, aku tak merasa asing dengannya, seperti kawan lama yang sudah lama tidak berjumpa namun dipertemukan kembali.

aku mencoba membahagiakannya, mencoba mengerti apa maunya dan mencoba selalu ada disaat dia membutuhkan aku. oia aku pernah hampir mati disaat menjemput dia, mungkin aku bisa hidup karena fiur itu pertolongan dari Allah.

aku beberapa kali membuatnya menunggu karena kemacetan yang terjadi di Ibu kota, aku paham kalu ia marah dan memaki, aku paham mengapa ia begitu berapi api. karena ia lelah dengan semua urusan pekerjaannya. aku? aku juga lelah dengan pekerjaan ku, tetapi ketika melihat senyumnya aku merasa ada orang yang sayang dengan ku setia menungguku walau dengan amarahnya.

bagi ku ia adalah anugerah terindah yang Allah kasih dalam hidupku

ia cantik, manis, baik, hanya saja ia tidak terlalu mengenal diriku seutuhnya, andai dia ingin bergaul dengan teman2ku mungkin pemikiran ia akan berubah, tidak se suudzon akhir akhir ini.

aku sadar kita pernah melewati tingkat kejenuhan secara bersama, dimana pada saat itu dia sedang tidak bekerja, aku tau dia bosan dan ingin terus bersama ku, tetapi kerjaan ku sedang banyak2nya ditambah posisi ku yang sudah naik menggantikan teman satu centre ku, dia tidak ingin tau sesibuk apa aku, yang ia tau aku hanya kerja ringan dan dikgaji lumayan. padahal jika ia ingin lebih tau lagi kerjaanku aku yakin ia bisa mengerti aku ketika aku lelah.

aku paham aku selama ini membebani cita cita dia yang ingin mempunyai suami yang sukses di dunia, punya harta yang berlimpah dan bisa menemani dia setiap saat, aku tau aku belum masuk dalam kategori itu, tapi aku terus berusaha menjadi yang terbaik untuk membahagiakanmu.

dan aku, masih ingat semua janji ku walau belum semuanya terpenuhi

dan juga, aku selalu mengingat apa yang kamu ucapkan ketika hendak ingin selalu bersamaku

tak terasa hubungan ini hampir menyentuh angka 6 bulan. tepat 14 maret nanti kami genap berusia 6 bulan.

aku sadar belum banyak yang bisa aku berikan untuk membahagiakanmu.

tapi cinta ini tulus dari hati tak terbagi kesiapapun.

to be continue